Kamis, 30 Agustus 2007

KATA PENGANTAR

Malaria merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi ancaman, bahkan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di daerah yang sejak lama tidak ditemukan kasus malaria. Hal tersebut dapat terjadi karena lemahnya system kewaspadaan dini serta perencanaan pemberantasan malaria yang dilakukan tidak secara tepat dan berkesinambungan.
Sebagai salah satu penyakit menular malaria, malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh kepada keamanan dan pertahanan nasional.
Untuk itulah, kelompok kami mencoba membahas mengenai kebijakan, strategi kerja yang dibuat oleh pemerintah, epidemiologi, dan prevalensi yang terkait dengan malaria.
Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan terkait dengan penyakit malaria.


Jakarta, 25 April 2007



Peter.samosir








BAB I
PENDAHULUAN

Di Indonesia malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Penyakit malaria mempunyai pengaruh yang sangat besar pada angka kesakitan dan kematian bayi, anak balita dan ibu melahirkan, serta dapat menyebabkan penurunan produktifitas kerja.
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) di Indonesia terjadi 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setian tahunnya.
Angka kejadian kasus malaria perseribu penduduk (API) di Jawa Bali sejak empat tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang menurun, dari 0,81 perseribu penduduk pada tahun 2000 menjadi 0,15 perseribu penduduk pada tahun 2004. Di luar Jawa Bali angka klinis malaria perseribu penduduk (AMI) juga menunjukkan kecenderungan yang menurun, yaitu dari 31,09 perseribu penduduk pada tahun 2000 menjadi 21,2 perseribu penduduk tahun 2004. Pada tahun 2005 angka kejadian kasus malaria menunjukkan kecenderungan yang sama dibandingkan pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria sebesar 23,8 perseribu penduduk. Proporsi kematian karena malaria berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, adalah sebesar 2%. Jumlah Kabupaten endemis di Indonesia adalah 424 Kabupaten Dari 576 Kabupaten yang ada, dan diperkirakan 42,4 % penduduk beresiko tertular.
Penyebaran malaria disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan lingkungan, vektor, sosial budaya masyarakat, resistensi obat dan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, upaya pemberantasan malaria harus menjadi bagian integral dari pembangunan nasional dengan memperhatikan:
1. Perubahan lingkungan yang tidak terkendali dapat menimbulkan tempat perindukan nyamuk malaria, misalnya tambak- tambak yang kurang terpelihara; genangan-genangan air disekitar pemukiman, pantai, galian tambang; penebangan hutan bakau dna pembukaan hutan, sehingga menyebabkan berkembangbiaknya jenis nyamuk penular malaria yang tersebar diberbagai wilayah, baik di pantai, dipersawahan, perkebunan, pertambangan, hutan dan lain sebagainya
2. terdapat 14 species nyamuk Anopheles sp yang telah di konfirmasi sebagai vektor penyakit malaria
3. Mobilitas penduduk yang relatis tinggi dari dan kle daerah endemis malaria
4. Perilaku masyarakat yang memungkinkan terjadinya penularan, misalnya: menempatkan ternak di dalam rumah, aktivitas diluar rumah pada malam hari
5. Semakin meluasnya penyebaran parasit malaria yang telah resisiten terhadap obat anti malaria
6. Terbatasnya akses pelayanan kesehatan untuk menjangkau seluruh desa-desa bermasalah malaria, karena hambatan geografis, ekonomi, dan sumber daya
7. Situasi malaria bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya.
GERAKAN BERANTASAN KEMBALI MALARIA (Gebrak Malaria), yang telah dicanangkan pada tanggal 8 April 2000 di Kupang-Nusa Tenggara Timur oleh Menteri Kesehatan Dr. Ahmad Sujudi merupakan gerakan yang patut dikembangkan. Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk memberantas malaria secara intensif melalui kemitraan anatara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan badan-badan internasional serta penyandang dana
Berbagai upaya penanggulangan malaria yang telah dikerjakan telah memberi hasil positif seperti terlihat dari penyebaran penyakit malaria yang semakin terkonsentrasi di tempat-tempat tertentu dan makin menurunnya tingkat endemisitas maupun prevalensi pada daerah-daerah yang ditangani secara intensif misalnya dengan intensifikasi pemberantasan malaria di daerah Pasca Tsunami yaitu Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Nias serta di 5 provinsi wilayah timur ( Papua, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat dengan bantuan Global Fund).






BAB II
TINJAUAN TEORITIS MALARIA

A. PENGERTIAN
1). Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. (Depkes RI, 2003)
2) Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh sporozoa dari genus plasmodium dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering, periodic, anemia, perbesaran limpa, dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ, misalnya otak, hati dan ginjal. ( Soedarto, 1990).

B. PENYEBAB
Malaria adalah penyakit aku maupun kronis disebabkan oleh parasit Plasmodium
falciparum, vivax, ovale, dan malariae. Terdiri dari malaria klinis dan positif.

C. PENULARAN
1. Penularan secara alamiah (natural infection).
Malaria ditularkan oleh nyamuk anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vektor penyebar malaria di Indonesia.









Penjelasan :
§ Orang sakit malariaDigigit nyamuk (vektor) penyebar penyakit malaria. Saat nyamuk menghisap darah orang sakit itu, maka akan terbawa parasit malaria yang ada dalam darah. § Nyamuk vektor penyebab penyakitNyamuk yang telah menghisap darah orang sakit akan terinfeksi oleh parasit malaria. Dalam tubuh nyamuk terjadi siklus hidup parasit malaria (seksual).
§ Orang sehatDigigit nyamuk malaria yang telah terinfeksi oleh plasmodium. Pada saat menggigit maka parasit malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia. Kemudian manusia sehat menjadi sakit. Dalam tubuh manusia terjadi siklus hidup parasit malaria (aseksual). § Nyamuk vektor penyebar penyakit.Nyamuk yang terinfeksi parasit malaria (sporozoit) menggigit orang sehat.

2. Penularan yang tidak alamiah.
a. Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.

b. Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril lagi; cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi di salah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intravena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, di mana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposable).

c. Secara oral (melalui mulut).
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P. gallinasium), burung dara (P. relection) dan monyet (P. knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.

D. GEJALA
Bila gejala malaria ringan maka:
- penderita pucat karena kurang darah
- pada anak-anak terjadi diare
- badan terasa lemah
- ada mual/muntah
- tidak ada nafsu makan
- demam menggigil berkala
- sakit kepala

Bila gejala malaria berat maka:
- hilang kesadaran
- panas tinggi
- muntah
- urine warna teh tua
- tidur terus
- diam saja
- kejang-kejang
- kuning pada mata
- nafas cepat
- pingsan
- koma
E. PENGOBATAN
Jika tanpa komplikasi maka:
1. falciparum
· dengan lini pertama yaitu artesunat + Amodiakuin + Primakuin
· dengan lini kedua yaitu Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
2. vivaks, ovale dan malariae
· dengan lini pertama yaitu Klorokuin + Primakuin
· dengan lini kedua yaitu Kina + Primakuin
· pengobatan alternatif yaitu Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Jika dengan komplikasi maka:
1. Pengobatan simptomatik
2. Pemberian obat anti malaria
3. Pemberian Kemoprofilaksis







BAB III
EPIDEMIOLOGI

Malaria merupakan salah satu problem kesehatan masyarakat yang masih menjadi prioritas program kesehatan di Indonesia yang menyebabkan kematian pada bayi, balita, ibu hamil dan orang dewasa. Malaria banyak terjadi diluardaerah metropolitan atau kota besar yang menyebar merata di seluruhIndonesia.
KLB malaria sering terjadi di daerah seperti provinsi Papua, NTT, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Bengkulu serta Riau.
Untuk angka kesakitan malaria, lima tahun terakhir menunjukkan adanya penurunan, kawasan Jawa-Bali, Annual Parasite Incidence (API) di tahun 2000 dari 0.81‰ menjadi 0.15 ‰ di tahun 2004.
Di provinsi lain memang dalam tingkat endemik rendah tetapi kondisinya tidak boleh dianggap remeh karena dari tahun 1998-2004 masih terus terjadi KLB malaria diberbagai kota dengan jumlah penderita tiap tahun antara 37-10.678 orang pertahun dan korban meninggal bervariasi antara lain sebagai berikut: (daerah dengan jumlah penderita terbanyak).
No lokasi desa Jmlpenderita meninggal tahun
1 Kulonprogo (DIY) 14 10.678 33 1998
2 Asahan (sumut) 3 1.180 1 1999
3 P. Pari (Jakut) 4 165 3 2000
4 Banyumas (jateng) 17 3.494 13 2001
5 Buton (sultra) 1 118 6 2002
6 Maluku utara 14 1782 169 2003
7 Tabalong (kalsel) 1174 8 2004

Insiden malaria pertahun diluar (AMI) pulau Jawa dan Bali mulai tahun 1998-2000 mengalami peningkatan dikarenakan krisis ekonomi yang sangat berat melanda Indonesia sehingga perhatian pemerintah lebih diarahkan pada perbaikan keuangan, hal ini menyebabkan program malaria sempat terbengkalai. Sejak tahun 2001 hingga 2002 kejadian malaria terus menurun. Pada tahun 2003, jumlah penderita malaria tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, memang ada penurunan di beberapa daerah tetapi laporan kasus baru juga cenderung meningkat.
Sedangkan dilihat dari angka insiden parasit per tahun di pulau Jawa dan Bali mulai tahun 1989-2002 tidak jauh berbeda dengan angka di luar pulau Jawa-Bali yakni peningkatan insidens mulai tahun 1997 hingga tahun 2000 sebagai puncak tertinggi, dan mulai menurun di tahun 2001.









BAB IV
KEBIJAKAN

A. Pengantar
Malaria merupakan penyakit endemis di beberapa daerah tertentu, oleh karena itu pemerintah menetapakn sistem desentralisasi kesehatan untuk menangani penyakit ini. Dalam hal ini pemerintah menetapkan beberapa kebijakan yang tertulis dalam peraturan pemerintah, keputusan menteri, dan perundang-undangan untuk terlaksananya program-program terkait, serta sebagai sistem pengendali bagi program desentralisasi kesehatan tersebut. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi :
1. KEPMENKES No. 004/MENKES/SK/I/2003 tentang KEBIJAKAN DAN STRATEGI DESENTRALISASI BIDANG KESEHATAN
2. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 1457/MENKES/SK/X/2003
TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA.

B. Tujuan
Tujuan desentralisasi kesehatan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Semua Kabupaten/Kota mampu melakukan pemeriksaan secara dini sediaan darah malaria dan memberikan pengobatan yang tepat, terjangkau dalam menurunkan kasus dan kematian akibat malaria 50% pada tahun 2009
2. Menurunnya 50% jumlah desa endemis tinggi malaria ( High Case Incidence) pada tahun 2009 di Kabupaten/Kota yang telah konfirmasi kasus yang diduga malaria.
3. Terbebasnya dari penularan malaria tahun 2009 di Kabupaten/Kota yang sudah tak mempunyai desa endemis tinggi malaria (DKI, Bali, dan Batam).

C. Sasaran
1. Sasaran I
a. Kabupaten/Kota endemis malaria tinggi dan sedang
b. Kabupaten/Kota endemis tinggi adalah Kabupaten/Kota yang memiliki desa-desa endemis malaria dengan angka parasite rate penduduk ≥ 50 %.
c. Kabupaten endemis sedang adalah Kabupaten/Kota yang memiliki desa-desa endemis malaria dengan angka parasite rate penduduk 10-50%
2. Sasaran II
a. Kabupaten/Kota endemis malaria rendah
b. Kabupaten/Kota endemis malaria rendah adalah Kabupaten/kota yang memiliki desa-desa endemis malaria dengan angka anual parasite incidence (API) ≥ 5 % dan atau parasite rate penduduk < 10 %.
3. Sasaran III
a. Kabupaten/Kota endemis malaria sangat rendah
b. Kabupaten/Kota endemis malaria sangat rendah adalah Kabupaten/Kota yang memiliki desa-desa endemis malaria dengan angka anual parasite incidence.

D. Strategi
1. Memberdayakan masyarakat dalam mendukung secara aktif pengendalian malaria
2. Meningkatkan akses pelayanan masyarakat yang beresiko terhadap upaya pengendalian malaria yang berkualitas
3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan eveluasi serta informasi kesehatan
4. Meningkatkan advokasi kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk berperan aktif dalam pengendalian malaria dengan menggalang kemitraan bersama sektor terkait, swasta, organisasi kemasyarakatan melalui forum kerjasama Gebrak Malaria.
5. Meniungkatkan upaya pelaksanaaan program pengendalian malaria yangberkualitas secara bertahap mulai dari intensifikasi, integrasi menuju eliminasi malaria.




E. Pelaksanaan Terkait Kebijakan – Kebijakan
1. Pengenalan Wilayah (GR = Geographical Reconnaissance)
Pengenalan wilayah adalah suatu kegiatan yang meliputi pemetaan langsung penduduk dan survai tambahan untuk menentukan situasi tempat tinggal penduduk dari suatu daerah yang dicakup oleh program malaria.
Keterangan yang perlu dikumpulkan tentang Wilayah:
a. Dimana suatu obyek (bangunan) berada dan bagaimana cara mencapainya
b. Keadaan jalan (dapat dilalui kendaraan roda 4 atau tidak)
c. Ukuran jarak dari suatu objek (bangunan) ke objek yang lain
d. Sifat topografi:
· daerah datar
· daerah bergunung
· sumber air seperti sungai, danau, rawa-rawa, sumur
· tempat perindukan vektor

2. Pemetaan Tempat Perindukan Vektor
a. Tujuan Pemetaan Tempat Perindukaan
Untuk mengetahui tempat perindukan vector malaria di setiap wilayah desa/dusun yang meliputi:
· Letak tempat perindukan yang positif jentik dan yang potensial
· Jumlah tempat perindukan
· Tipe tempat perindukan
· Luas tempat perindukan

b. Hasil Pemetaan tempat perindukan (TP)
Hasil dari pemetaan TP adalah berupa peta/sket wilayah desa/dusun yang mencantumkan:
ü Letak TP yang ada, dilengkapi dengan gambar-gambar:
§ posisi jalan, sungai dan sawah
§ letak kelompok rumah/pemukiman penduduk
§ batas wialayah desa/dusun
§ garis pantai (bila di kawasan pantai)
§ keterangan simbol/kode yang dipakai dalam peta
§ tanggal pembuatan peta
ü Dilampiri dengan:
§ Jumlah TP
§ Tipe TP
§ Luas TP

3. Penyemprotan rumah dengan insektisida (Racun Serangga)
Penyemprotan rumah dengan efek residual (IRS = Indoor residual spaying) adalah suatu cara pemberantasan vektor dengan menempelkan racun seranggan tertentu dengan jumlah (dosis) tertentu secara merata pada permukaan dinding yang disemprot. Di Indonesia penyemprotan telah lama dilakukan dalam pemberantasan malaria dan sampai sekarang cara ini masih dipakai karena paling cepat dan besar manfaatnya untuk memutuskan rantai penularan. Tujuan penyemprotan adalah untuk memutuskan penularan karena umur nyamuk menjadi lebih pendek sehingga idak sempat menghasilkan sporozoit di dalam kelenjar ludahnya.

4. Kelambu
Penggunaan kelambu dalam program pengendalian malaria adalah dalam rangka melindungi pemakai kelambu dari gigitan dan membunuh nyamuk yang hinggap pada kelambu untuk mencegah terjadinya penularan.

5. Larviciding
Larviciding adalah aplikasi larvisida pada tempat perindukan potensial vektor guna membunuh/memberantas larva nyamuk dengan menggunakan bahan kimia seperti Diflubenzuron (Andalin/Dimilin) atau agen biologis Bacillus thuringiensis H-14 (Bti H-14). Diflubenzuron adalah suatu zat penghambat pembentukan chitin. Apabila larva nyamuk terkena dosis yang cukup, maka larva akan mati pada waktu menjadi pupa atau dapat menetas menjadi nyamuk tidak normal yang tidak dapat terbang. Sedangkan Bti H-14 adalah sejenis bakteri yang sporanya bersifat racun/toksin terhadap larva nyamuk. Larva nyamuk akan mati apabila memakan/menelan toksin ini. Jadi, racunnya merupakan racun perut. Karena itu tidak berpengaruh terhadap larva instar IV akhir dan pupa yang istiraha makan.

6. Penebaran Ikan Pemakan Larva Nyamuk
Penebaran ikan larva nyamuk yaitu suatu upaya memanfaatkan ikan sebagai musuh alami larva nyamuk yang ditebarkan pada tempat perindukan potensial nyamuk dengan tujuan pengendalian populasi larva nyamuk, sehingga dapat mengurangi penularan.

BAB V
PROGRAM KERJA

A. PROGRAM PEMBERANTASAN MALARIA
Pada tahun 1998 WHO menyerukan ke seluruh negara perlunya pendekatan baru dalam pemberantasan malaria dimana WHO menjadi pemimpin prakarsa dan katalisator yang dikenal dengan Roll Back Malaria melalui upaya kemitraan.
Di Indonesia pada tanggal 8 April 2000 bertempat di Nusa Tenggara Timur, Menteri Kesehatan mencanangkan “Gebrak Malaria” yang merupakan gerakan nasional seluruh aspek bangsa dalam upaya memberantas malaria dengan intensif yang melibatkan jaringan kerjasama pemerintah, swasta, masyarakat, LSM, badan internasional dan penyandang dana.
Program malaria yang telah dan sedang dilakukan adalah:
1. POSMALDES ( POS MALARIA DESA )
a. Pengertian
Pos malaria Desa ( POSMALDES ) adalah wadah pemberdayaan masyarakat dalam penanggulang malaria yang dibentuk dari, oleh , dan untuk masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan

b. Fungsi
a) wadah bagi semua masyarakat didesa dalam upaya penanggulang malaria.
b) alat legitimasi kegiatan masyarakat dalam penaggulangan malaria.
c) media pengembangan pelestarian budaya dan nilai – nilai kearifan lokal dalam penanggulangan malaria

c. Tujuan
Tumbuh dan berkembangnya peran dan kemandirian masyarakat didalam upaya penanggulangan malaria di desa sehingga malaria tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat


d. Kegiatan Operasional POSMALDES
a) Penemuan dan pengobatan penderita oleh kader terlatih.
b) Penyuluhan kepada masyarakat.
c) Berbagai upaya untuk kemandirian dan pemberdayaan Posmaldes, misalnya: iuran, arisan kelambu, kerja bakti, membersihkan sarang nyamuk, dan lain-lain

e. Bimbingan Teknis Dan Pendampingan
Bimbingan teknis dilakukan oleh petugas Puskesmas/Pustu/Polindes meliputi penemuan dan pengobatan penderita, penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam penanggulangan malaria, pembuatan sediaan darah/Rapid Diagnostic Test( bila memungkinkan ).
Pendampingan untuk kelestarian dan kemandirian Posmaldes dilakukan oleh LSM, PKK, Organisasi Desa, TOMA, TOGA, Tokoh Adat, dan lain-lain
.
f. Upaya Pemberdayaan
Agar Posmaldes dapat berfungsi secara efektif dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, diperlukan berbagai upaya antara lain :
a) Membangun komitmen dengan Pemerintah daerah setempat untuk mendapatkan dukungan kebijakan dalam rangka pembentukan POSMALDES.
b) Membangun dukungan sosial dan finansial dari lintas sektor terkait, LSM dan masyarakat
c) Memberdayakan masyarakat dalam upaya penanggulangan penyakit malaria

g. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan POSMALDES diukur dengan :
a) Dimanfaatkannya POSMALDES oleh masyarakat sehingga penderita segera ditolong dengan pemberian obat secara benar dan tepat.
b) Berfungsinya POSMSLDES dalam upaya penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan penyakit malaria.
c) Kegiatan POSMALDES dapat berlangsung secara mandiri dan berkelanjutan.


h. Hasil upaya pengembangan POSMALDES di 4 propinsi
Hasil upaya pengembangan POSMALDES di 4 propinsi (NTT, Maluku, Maluku Utara, dan Papua ), adalah :
a) POSMALDES mulai dibentuk di 13 Kabupaten di 4 propinsi lokasi proyek IPM- GF pada bulan Maret 2004.
b) Sampai dengan bulan Agustus 2004, telah dibentuk 882 POSMALDES dan 1606 kader sudah dilatih
c) POSMALDES ini tersebar di 179 Puskesmas.
d) Jumlah kasus malaria yang diobati sebanyak 27.960 orang ( sekitar 13% dari jumlah seluruh kasus yang ditemukan dari lokasi dan periode yang sama)

2. GEBRAK MALARIA
a. Pengertian
Gebrak malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk memberantas malaria secara intensife melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga wadaya masyarakat, dan badan-badan internasional serta penyandang dana.

b. Tujuan
Tujuan gebrak malaria adalah meningkatnya kemampuan setiap orang dan kepedulian masyarakat untuk mengatasi malaria, terciptanya lingkungan yang terbebas dari penularan malaria, terselengara dan terjangkaunya upaya penanggulangan malaria yang bermutu untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan malaria serta meningkatkan produktifitas kerja guna mencapai indonesia sehat 2010.

c. Sasaran
Sasaran gebrak malaria meliputi 3 kahalayak sasaran, yaitu:
a). Sasaran Primer
Sasaran primer adalah kelompok sasaran didaerah bermasalah malaria, meliputi siapa yang paling beresiko malaria, siapa yang paling banyak terkena malaria, mana yang paling penting yang harus dijangkau.
b). Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah kelompok sasaran yang mempengaruhi perubahan perilaku ( melatih, mendukung, memotivasi ) kelompok sasaran primer.
c). Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat dan pengambil keputusan, penyandang dana yang memungkinkan terlaksananya kegiatan gebrak malaria.

d. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan dalam malaria ini meliputi :
a) Advokasi
Advokasi gebrak malaria adalah suatu upaya persuasi dan motivasi dengan informasi yang tepat, akurat, dan shahi untuk memperoleh dukungan dari pemerintah, dunia usaha, LSM dan para pengambil kebijakan publik sehingga terjadi perubahan kebijakan yang mendukung upaya pemberantasan malaria.
b) Kemitraan
Kemitraan gebrak malaria adalah upaya untuk menciptakan suasana konduktif guna menunjang promosi gebrak malaria, menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok yang ada di masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, lembaga sawdaya masyarakat, dunia usaha, swasta dan organisasi


c) Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengindentifikasi masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada.

B. MASALAH DALAM PELAKSANAAN PROGRAM MALARIA
Dari berbagai hasil penelitian dan program yang dilakukan di Indonesia oleh berbagai pihak maka ada beberapa masalah dalam pelaksanaan program malaria yang harus diatasi bersama antara lain :
1. Diagnosis : masih banyak kasus malaria dengan penderita yang tinggal di daerah terpencil dan sulit terjangkau serta hanya berdasarkan gejala yang nampak saja.
2. Pengobatan : beberapa daerah endemik malaria sudah banyak penderita yang resisten.
3. Pengendalian : pengendalian vektor tidak berdasarkan fakta dinamika transmisi penularan malaria.
4. Kerjasama dan partisipasi masyarakat : terbatasnya partisipasi dari sektor lain dan masyarakat.
5. Mobilisasi sumber daya : advokasi sumberdaya untuk mendukung upaya pengendalian malaria di tiap daerah administrasi.

C. RENCANA PENGENDALIAN MALARIA









Bagan diatas adalah rencana pengendalian malaria hingga tahun 2010 dengan target utama menurunkan angka kesakitan karena malaria hingga 50% untuk seluruh penderita di Indonesia. Adapun obat anti malaria yang digunakan di Indonesia adalah :
1. amodiakuin
2. artesunate
3. primakuin
4. klorokuin
5. kina
6. artemeter

Sedangkan untuk antibiotik antara lain :
1. doksisiklin
2. tetrasiklin






DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI (2005), Program Nasional Pengendalian Malaria Di Indonesia 2007-2030, Jakarta: Dep. Kes R.I Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang.
.
Dep. Kes R. I (2004), Pedoman Promosi Gebrak Malaria, Jakarta: Dep. Kes R.I Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang.

Dep. Kes R. I (2003), Modul Pengobatan Malaria Kabupaten, Jakarta: Dep. Kes R.I Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang.

Dep. Kes R. I (2006), Pedoman Surveilans Malaria, Jakarta: Dep. Kes R.I Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang.

Dep. Kes R. I (2004), Pedoman Peberantasan Vektor, Jakarta: Dep. Kes R.I Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang.

Dep. Kes R. I (2004), Pos Malaria Desa (POSMALDES), Jakarta: Dep. Kes R.I Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang.

http://www.expat.or.id/medical/malaria.html

http://www.who.int

http://www.litbang.depkes.go.id/download/ROmalaria.html